Ada sebuah kisah yang menarik mengenai akhlakul karimah
semasa nabi Muhammad SAW yang dapat kita jadikan sebagai kisah teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang sahabat nabi Muhammad SAW bernama
Abdullah bin Umar yang terkenal dengan kealiman dan kezuhudannya bertemu dengan
seorang pengembala kambing yang masih bocah ditengah padang pasir yang tandus,
muncul keingintahuannya untuk mengetahui apakah ajaran agama islam yang tertata rapi dengan akhlakul karimah
mampu menembus batas hingga sampai ketengah padang pasir yang tandus dan
terpencil itu?
Dengan
bermulakan salam, Abdullah bin Umar membuka pembicaraannya dengan seorang
pengembala kambing yang masih bocah. “Hai pengembala, aku ingin membeli seekor
Kambing yang engkau gembala ini karena bekalku telah habis.” Dengan segala
kerendahan hati dan rasa hormat pengembala itu menjawab “maaf Tuan, aku
hanyalah seorang budak yang ditugaskan
oleh majikanku untuk mengembala Kambing-kambing ini. Aku tidak bisa menjualnya,
karena Kambing-kambing ini bukanlah milikku tapi milik majikanku.”
“Ah…
itu masalah gampang. begini saja, kau jual seekor saja Kambingmu kepadaku.
Kambing yang kau gembala ini kan sangat banyak, tentu akan sulit bagi tuanmu
untuk menghitungnnya, atau jika dia mengetahui ada seekor kambing yang hilang,
bilang saja telah dimakan Serigala padang pasir. Mudah sekali, bukan? Kau pun
bisa menikmati uangnya” Abdullah bin Umar mencoba untuk membujuk budak itu.
Dengan penuh keyakinan serta kemantapan hati
dan iman, pengembala itu menjawab “lalu dimana Allah SWT? Majikanku memang
tidak akan tahu dan bahkan aku bisa dengan mudah membohonginnya. Tapi ada dzat yang maha besar
dan maha mengetahui, Ia pasti akan melihat apa yang telah aku lakukan. Apakah
kau kira Allah SWT itu tidak ada ?
Mendengar
jawaban dari pengembala itu, Abdullah bin Umar terkejut. Memang itu adalah
suatu jawaban yang tak pernah terduga oleh Abdullah bin Umar. “aku tidak diberi
kuasa oleh majikanku untuk menjual kambing ini. Aku hanya diperintahkan untuk
mengembalainya dan meminum air susunya
jika aku membutuhkan dan aku diberi kuasa untuk memberi air susu ini
untuk para musafir yang sedang kehausan.”
“Minumlah Tuan, kulihat anda kehausan, jika
air susu ini masih kurang anda bisa menambahnya, jangan kuatir, susu ini halal.
Allah SWT tahu bahwa susu ini halal sebab pemiliknya memerintahkanku memberinya
pada para musafir yang kehausan” tutur pengembala itu dengan wajah yang ramah.
Abdullah
bin Umar pun meminum susu itu dengan perasaan teharu. Ia pun membasahi
tenggorokannya hingga rasa hausnya hilang. Setelah berterima kasih dan
mengucapkan salam, Abdullah bin Umar memohonkan diri untuk berpamitan
melanjutkan perjalanannya.Diperjalanan, Abdullah bin Umar tidak bisa
menyembunyikan air matanya “Dimana Allah SWT ? apakah kau kira Allah SWT itu tidak ada?” kata-kata itu selalu
tergiang-giang ditelinganya. Dia menangis mengingat seorang bocah pengembala
kambing di tengah Padang Pasir yang berpakaian sangat kumal, ternyata memiliki
ketaqwaan yang begitu dalam. Dia memiliki kejujuran yang tinggi. Hatinya
bersinarkan iman dan Islam. Akhlaknya begitu sungguh mulia, sungguh ajaran
Rasulullah SAW telah terpatri dalam jiwanya.
Dengan cucuran air mata yang terus mengalir dipipinya, Abdulah bin
Umar melangkahkan kaki untuk melanjutkan
perjalanannya. Sepatutnyalah seorang manusia yang berakhlakul karimah dan
memiliki ketaqwaan kepada Allah SWT yang
begitu tinggi. Dan tidak sepantasnyalah dia menjadi hamba sahaya manusia.
Namun, dia lebih pantas menjadi hamba Allah SWT. Singkat cerita, Abdullah bin
Umar pun membeli budak itu dan memerdekakannya.
Sepintas kita membaca kisah tersebut, kita
dapat mengambil hikmah bahwa akhlakul karimah begitu mulia dan mampu mengilhami
orang lain. orang yang berakhlak mulia ibaratkan virus yang menyebarkan
nilai-nilai kebaikan