BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Akhlak dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat
kaitannya, karena akhlak sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki
pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini
adalah Akhlakul Karimah. Dengan akhlak kehidupan manusia akan bermutu, dengan
akhlak kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan akhlak kehidupan manusia
akan sempurna dan bahagia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari
pembahasan kali ini adalah:
a.
Apa yang disebut
dengan akhlakul karimah?
b.
Apa saja akhlakul
karimah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW?
c.
Faktor apa saja yang
mempengaruhi terbentuknya akhlakul karimah?
d.
Bagaimana cara
menerapakan akhlakul karimah di dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui pengertian
akhlakul karimah
b.
Mampu menerapkan
akhlakul karimah sesuai ajaran nabi Muhammad SAW
c.
Mengetahui kegunaan
akhlakul karimah
d.
Mampu memperbaiki
kehidupan dengan akhlak yang baik.
e.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengarui akhlakul karimah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlakul Karimah
Perkataan Akhlak berasal dari bahasa arab
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku (tabiat) adat kebiasaan.
Karimah artinya
mulia, terpuji, baik. Jadi, akhlaqul karimah ialah budi pekerti atau perangai
yang mulia. Akhlak adalah tingkah
laku makhluk yang diridhai Allah SWT, maka akhlak adalah bentuk perilaku
makhluk dalam berhubungan baik kepada khaliknya atau kepada sesama.
Sesungguhnya semua akhlak telah dituliskan dalam Al Qur’an dan Hadist baik yang
terpuji maupun tercela. Semuanya telah
tertulis jelas di Qur’an dan Hadist dan semuanya mempunyai balasan tersendiri.
Tinggal manusianya sendiri yang menjalankan dan mempertanggung jawabkannya
nanti di hari akhir. Rasulullah pun berperilaku sesuai Qur’an dan Hadist.
Karena sifatnya itu beliau dijuluki Akhlakul karimah yakni akhlak yang mulia.
Hal ini digambarkan oleh al-Quran surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesunggunya pada diri Rasulullah saw.
terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada
Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah.”
2.2 Akhlakul
Karimah yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW
Akhlakul karimah yang patut kita puji dan
tiru antara lain :
1.Sifat
yang wajib bagi rasul seperti siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur,
dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini
membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw.
2.Integritas.
Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang telah
membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya
sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang
menjadi tujuannya.
3.kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan
di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting
4.Penerapan
pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai
manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan
murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk
menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang
yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna
kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
5.kecakapan
membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad saw. sebagai
seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang
dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan.
6.tidak
mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan
warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati
dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin.
7.visioner
futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah seorang
pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable).
8.menjadi
prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar
mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita
tersebut. Beliau adalah personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa
kegagalan sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak
mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya.
Akhlak
Rasul yang seperti ini patutlah kita tiru dan kita amalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Rasul sangat mencintai Allah dan Allah lebih mencintai beliau
karena sesungguhnya siapa yang mencintai Allah maka Allah lebih mencintainya.
Dan apabila orang yang dekat kepada Allah, Allah selalu memudahkan segala
urusannya. Allah Maha Pemberi apa yang dibutuhkan semua umatNya. Allah tidak
pernah merasa rugi apabila Ia memberi kepada umatNya meskipun umatNya tidak
pernah mengingatnya ataupun bersyukur terhadapNya. Allah Maha Pemberi Maaf bagi
umatNya yang mau berubah.
Akhlakul karimah terbukti efektif dalam
menuntaskan suatu permasalahan serumit
apa pun.Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu,
beliau mampu memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut
ingin mengangkat hajar aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing
pemuka suku bersikeras dan merasa dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar
aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci. Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalah pun tak membuatnya menjadi pendengki.
Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia akan berani mengakui kesalahannya. Bukan malah memutarbalikkan fakta hanya karena gengsi kalau dirinya mengakui suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika Nabi SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam. Dan, siapa saja yang berhasil menjadikan akhlakul karimah sebagai karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan golongannya.
Betapa indahnya jika semua elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan negara.
Perlu diingat bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak akan memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak memiliki akhlakul karimah.
Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci. Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalah pun tak membuatnya menjadi pendengki.
Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia akan berani mengakui kesalahannya. Bukan malah memutarbalikkan fakta hanya karena gengsi kalau dirinya mengakui suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika Nabi SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam. Dan, siapa saja yang berhasil menjadikan akhlakul karimah sebagai karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan golongannya.
Betapa indahnya jika semua elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan negara.
Perlu diingat bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak akan memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak memiliki akhlakul karimah.
2.3 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Akhlak
1.
Genetik / turunan
Akhlak:
jati diri/karakter yang menyertai manusia di manapun ia berada, oleh karenanya
keteladanan orang tua (rumah tangga) sangatlah mempengaruhi terhadap
perkembangan akhlak anak-anaknya. Di sadari atau tidak bahwa apa yang dilakukan
oleh orang tua (ayah, ibu, dan lainnya) telah menuntun kepada sikap dan
perilaku anak-anaknya. Dan ketahuilah bahwa proses pendidikan lebih banyak
dinikmati oleh anak melalui mata, yakni mencapai 83%, dan hanya 11% melalui
telinga atau nasehat, sedangkan 6% lainnya melalui keterampilan. Dengan
demikian orang sering mengatakan buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya.
2.
Sisi psikologis : Al-nafsiyah / kejiwaan
Secara
psikologis bahwa yang turut mempengaruhi pembentkan akhlak adalah berasal dari
dalam diri anak itu sendiri. Hal ini terbentuk oleh faktor pengalaman dan
kesadaran anak dalam kehidupan rumah tangga. Semakin baik kebiasaan rmah
tangganya dalam pergaulan keseharian, maka semakin baik pula akhlak
anak-anaknya, sebaliknya semakin rusak akhlak dalam rumah tangganya, maka semakin
banyak kecenderungan memiliki akhlak yang buruk pula.
3.
Faktor social / lingkungan : Syariah Ijmaiyah
Faktor
lingkungan tidak kalah pentingnya dalam pembentukan akhlak, semakin baik
lingkungan hidup anak, maka semakin baik pula kemungkinan akhlaknya. Pepatah
klasik mengatakan “bahwa dekat pandai besi maka akan kepercikan apinya, dan
dekat orang menjual minyak wangi maka akan keciupan baunya.
4.
Nilai Islami yang tertanam dalam dirinya
Gaya hidup seorang manusia / muslim yang dilandaskan dengan al-qur’an
dan as-sunnah, akan terbentuk akhlak yang islami. Karena hal yang demikian itu
akan menunjukkan apa yang baik di mata Allah dan rasulnya, Baik dimata Allah
adalah; Takwa dan sabar kepada Allah - mengabdi, selalu tunduk dan patuh kepada
perintah-Nya, Berserah diri dan tawakkal kepada Allah, pandai bersyukur, Ikhlas
dalam semua peristiwa yang terjadi dalam dirinya, serta khouf / takut dan Radja
atau penuh harap.
Sedangkan Akhlak baik untuk Rasullullah : Ikhlas dalam melakukan sesatu
yang disunnahkan, beriman kepada Rasul, selalu mengucapkan shalawat dan salam
serta taat dan cinta kepada Rasul, mempercayai kepada semua berita yang
disampaikan Rasul serta menghidupkan sunnahnya.
.Faktor yang mempengaruhi seseorang berakhlak
mulia:
1. Perintah Allah dan Rasulnya
2. Mengikuti sunahnya, karena tujuan diutusnya Rasulullah saw. (QS.
Al-Ahzab:21)
3. Sebagai bukti eksistensi keimanan
4. Sebagai kunci dakwah
5. Takut atas ancaman Allah (QS. as-Shaaf:2-3)
6. Sebagai kunci komunikasi untuk mendapatkan kepercayaan
. Faktor-Faktor Yang Membuat Orang Enggan
Berakhlak Mulia
1. Tidak ada keinginan mempertebal iman
2. Sudah menjadi kebiasaannya di waktu kecil
3. Tertutupnya hati
2.4 Penerapan
Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari
Akhlakul
karimah atau akhlak yang mulia merupakan fondasi yang kokoh demi terciptanya
hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT (hablumminallah) dan hubungan antar
sesama manusia (hablumminannas). Akhlakul karimah tidak lahir begitu saja menjadi
kodrat manusia atau muncul secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses
yang panjang serta memanifestasi seumur
hidup melalui pembelajaran atau
pendidikan akhlak yang sistematis
bersifat menyeluruh meliputi 4 dimensi
kehidupan manusia yaitunya fisik, mental, emosional dan spiritual.
Akhlakul
karimah yang dikontrol oleh nilai-nilai
agama Islam dapat membuat seorang muslim mampu menjalankan tiga hal berikut :
1.
Dalam berinteraksi dengan Allah SWT , yaitu dengan
akidah dan ibadah yang benar disertai dengan akhlakul karimah.
2.
Dalam berinteraksi dengan diri sendiri, yaitu dengan
bersifat objektif, jujur, dan konsisten mengikuti manhaj Allah SWT .
3.
Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak mereka,
amanah, menunaikan kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat
Islam.
Dengan
kesuksesan dalam menjalani ketiga hal di atas. Maka, kita akan mendapatkan
ridha dari Allah SWT, ridha dari diri sendiri dan ridha dari sesama manusia.
Dan berpengang teguh pada nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh Islam,
maka kita mampu mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Pada dasarnya
nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh Islam. Jika, diamalkan secara
konsisten dan penuh rasa tanggung jawab mampu menjawab problematika yang sedang
diderita umat Islam saat ini. Baik permasalahn sosial, politik maupun ekonomi.
Sejarah merupakan bukti nyata sebagai mana
umat Islam dalam masyarakat Madinah pada zaman Rasulullah. Ternyata masyarakat
yang tidak kenal adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan
gelar Al-amin yang berarti terpercaya kapada Rasulullah karena akhlakul karimah
yang dimiliki oleh Rasulullah. Ini sebagai bukti bahwa sampai kapanpun akhlakul
kariamh akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam
sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat senantiasa akan hadir. Oleh sebab itu, Islam membawa ajaran
yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki akhlakul karimah atau budi pekerti
yang luhur. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari
pada sifat garang, bersimpati dari pada membenci, dan didalam berkompetisi
menang tidak akan menjadikan sombong serta kalah tidak akan mambuatnya menjadi
pendengki. Tapi, yang lebih menarik adalah berani mengakui kesalahan bukan
memutar balikkan fakta sehingga menjadikan orang lain sebagai kambing hitam.
Hal ini terjadi karena gengsi mengakui suatu kesalahan yang telah diperbuatnya.
Maka, tidaklah heran jika nabi Muhammad SAW pernah bersabda
Artinya
:“sesungguhnya aku (Muhammad) diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak
manusia” (H.R. Ahmad)
Akhlakul
karimah akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami,
meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam dan siapa saja yang berhasil menjadikan
akhlakul karimah sebagai karakter dalam
dirinya. Tentu ia akan menjadi orang paling beruntung, baik didunia maupun di
akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat 26
Artinya:
“bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (syurga)dan
tambahannya (kenikmatan melihat Allah) dan wajah mereka tidak ditutupi debu
hitam da tidak pula dalam kehinaan, mereka itulah para penghuni syurga dan
mereka kekal didalamnya”
Orang
yang berakhlak mulia tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak.
Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting dari kepentingan diri sendiri
maupun kepentingan golongannya. Batapa sangat dirindukannya jika semua elemen
bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan
toleransi dari pada konfrontasi, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan
dan kesatuan, dan bergerak demi keutuhan agama, bangsa dan Negara. Dan perlu
dipahami bahwa kecanggihan teknologi,
system dan regulasi apapun. Tidak akan memberi manfaat yang maksimal jika semua
elemen-elemen bangsa dan negara ini tidak berkarakter akhlakul karimah.
Bagaimana cara menerapkan akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari?
Memang
itu adalah pertanyaan mendasar yang perlu dicermati. Maka, akan timbul tanda
Tanya besar dalam diri kita. Mampukah kita meneladani perilaku Rasulullah SAW
dalam ber-akhlak karimah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?.
Seorang pemikir barat bernama Marianne Williamson dengan indahnya menyatakan
bahwa, “ketakutan kita yang paling dalam bukanlah bahwa kita ini tidak mampu.
Sebaliknya, ketakutan kita yang paling dalam adalah bahwa kita amat sangat
berpotensi untuk mampu.” Mengingat bahwa kita adalah makhluk Allah SWT yang
dilahirkan dengan potensi sangat luar biasa. Maka, masalahnya adalah bukan
bagaimana memasukkan pemikiran-pemikiran baru tentang akhlakul karimah kedalam
benak kita, tetapi bagaimana kita mampu mengeluarkan dan mengoptimalkan
pemikiran-pemikiran lama sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Allah SWT berfirman dalam surat Ali-imran
ayat 115
Artinya : “dan kebajikan apapun yang mereka
kerjakkan, tidak ada yang mengingkarinya, dan Allah maha mengetahui orang-orang
yang bertaqwa”
Menurut
Abuddin Nata, salah satu penulis
masalah-masalah moralitas, akhlak dan tasawuf. Memberikan 5 hal penting
perbuatan akhlak yang perlu menjadi jalan dan perilaku hidup ditengah gencarnya
hal-hal yang melewati batas-batas moralitas saat ini. Sebagai pengertian
akhlakul karimah dalam pembahasan diatas. 5 prinsip ini tentu dapat menjadi
acuan atau icons dalam berperilaku sosial serta bagaimana aktualnya menerapkan
akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
5 prinsip dasar perbuatan akhlakul karimah
dalam kehidupan sehari-hari menurut Abudin Nata
1.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah tanpa pemikiran. Ini berarti pada saat melakukannya yang
bersangkutan tidak sadar, yang dimaksud disini bahwa perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan oleh orang sehat akal dan pikirannya. Namun, karena
perbuatan tersebut sudah mendarah daging, pada saat akan mengerjakannya sudah
tidak lagi memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi. Hal ini tidak ubahnya seorang
yang sudah mendarah daging dan terdisiplinkan untuk selalu mengerjakan shalat lima waktu.
Maka, pada saat datang panggilan shalat ia sudah merasa tidak berat lagi
mengerjakannya, tanpa pikir-pikir lagi ia sudah dengan mudah dan ringan dapat mengerjakannya.
3.
Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tumbuh
dari dalam diri seseorang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar perbuatan. Akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan. Pilihan dan kepuasan yang
bersangkutan.
4.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Untuk mengetahui
perbuatan yang sesungguhnya dapat dilakukan melalui cara yang continue dan
terus menerus.
5.
Perbuatan akhlakul karimah adalah perbuatan yang
dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin
dipuji.
Sehingga
5 prinsip dasar akhlakul karimah dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam
menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Supaya terhindar dari
kepura-puraan dan ujub (ingin dipuji). Dengan pemahaman 5 prinsip dasar menurut
Abuddin Nata itu kita dapat mewujudkan akhlakul kharimah yang berlandaskan iman
dan Islam sehingga mampu tercipta suatu komunitas manusia yang berkarakter
akhlak yang mulia
Berikut
beberapa tips yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari. Tips ini terdiri dari pemahaman inti dan 3
langkah konkrit
Pemahaman inti
penulis
akan memberikan sedikit penjelasan mengenai pemahaman inti yaitunya tanamkanlah
dan dedikasikanlah secara sungguh-sungguh dalam pemikiran dasar atau mind set kita untuk lebih mendahulukan
hati nurani dari pada ego. Hati nurani akan memberikan gambaran sederhana
mengenai hal yang baik dan hal yang tidak baik atas apa yang telah dan yang akan kita perbuat. Serta, dengan
bertanya kedalam hati nurani maka ia akan menjawab konsekuensi apa yang akan
kita terima bila kita tidak atau akan
melakukannya. Seperti yang tertulis dalam kutipan sebuah lirik lagu yang dinyanyikan
oleh Bryand Adam “looking to you’r heart,
you will see (lihatlah ke dalam hatimu,
kamu akan melihat) ” Dan jika seseorang lebih mementingkan ego dari pada
hati nurani, maka ia tidak akan pernah mendengarkan kata hatinya melainkan
memperturutkan hawa nafsunya yang akan menimbulkan mala petaka.
3 langkah konkrit
1.
Fahami secara mendasar nilai-nilai akhlakul karimah
sebagaiman yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Dengan
akhlakul karimah yang dimilikinya Rasulullah
menjadi agent of change bagi umatnya.
2.
Secara sistematik dan sungguh-sungguh menerapkan dan
melaksanakan hala-hal yang kita fahami tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana pada lingkungan yang kecil dan
sederhana pula bersifat privat. Setelah itu mulailah sebuah langkah besar
memberikan perubahan. Hal ini hendaknya kita mulai dari saat ini
3.
Ajarkan kepada
orang lain dalam setiap kesempatan mengenai hal-hal yang telah kita ketahui dan
kita fahami tentang akhlakul karimah atau akhlak yang mulia. Dan jadikanlah
diri kita sebagai Agent of change setelah Rasulullah SAW.
Dengan
pemahaman dan langkah-langkah tersebut diharapkan dapat tercipta suatu
kebiasaan yang pada akhirnya bila kita
lakukan secara konsisten maka, akan
terbentuk karakter atau integritas akhlakul karimah dalam diri kita.
Selanjutnya,
dengan implementasi akhlakul karimah atau akhlak yang mulia maka, jaminanya
adalah kita akan menjadi mukmin sejati dan pribadi yang unggul. Sehingga
mendapatkan kemenangan di Dunia dan Akhirat. Dan orang yang berakhlak mulia
akan mendapat ganjaran kebaikan berupa pahala, terhormat di hadapan Allah,
terhormat di hadapan masyarakat, dan terhormat di hadapan diri sendiri.
Dalam
pandangan ilmu pengetahuan akhlakul karimah dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menunjang
prestasi dan produktifitas. Memang
banyak orang yang merasa bahwa tidak ada kaitan secara nyata antara
prestasi dan produktifitas dengan
akhlak. Jelaslah bahwa ini adalah pandangan yang keliru. Bila kita
memahami secara sungguh-sungguh
nilai-nilai akhlakul karimah, maka kita menemukan bahwa nilai-nilai tersebut
merupakan nilai-nilai yang dapat saling bersinergi dalam menumbuh kembangkan
potensi manusia yang bermartabat dengan berlandaskan iman dan taqwa. Maka dari
itu, pembentukan pribadi-pribadi yang berkualitas tidak cukuplah dengan
pendidikan dan prestasi yang tinggi.
Namun, pendidikan dan prestasi harus
berlandaskan akhlakul karimah atau akhlak yang mulia sehingga pribadi-pribadi
tersebut berkualitas di Dunia dan di Akhirat.
Dalam
bingkai pemahaman tentang akhlakul karimah, yang dipersembahkan dalam sebuah
karya sederhana tapi mengandung artian yang sangat konkrit dalam kehidupan yang
nyata. Sehingga lahirlah sebuah fatwa yang menyatakan “maka dari itu, jangan
sampai ujar-ujar ini terjadi pada kita, yaitu : dahulu, ketika tiang-tiang
suraunya dari kayu, ihkwannya berhati emas. Kini, ketika tiang-tiang suraunya
terbuat dari emas, ikhwannya berhati kayu”
Orang
yang memiliki akhlakul karimah memiliki keteguhan, ketabahan dan prinsip hidup
yang diwujudkan secara manifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Secara
konsisten melakukan improvement untuk meninggikan dan mengagungkan akhlakul
karimah sesuai dengan akhlakul karimah yang dimiliki oleh rasul. Sehingga kita
mampu menjadi agent of change setelah Rasullah, memberikan cahaya kebaikan yang
mampu menghidupkan akhlakul karimah di era modern yang sudah lama redup dan
hampir padam. Orang-orang seperti itulah yang sangat dirindukan pada saat
sekarang ini. Tapi, Sebelum kita menjadi agent of change maka, kita harus mampu
memanage diri kita sendiri untuk ber-akhlakul karimah.
Ber-akhlakul karimah mampu mengilhami orang lain
Dengan
terwujudnya perilaku berdasarkan nilai-nilai akhlakul karimah yang tercermin pada keangungan dan ketinggian
budi pekerti pribadi-pribadi muslim tersebut, manakala hal itu dilakukan secara
konsisten dan terus-menerus. Dan pada akhirnya dapat dipastikan bahwa pancaran
cahaya dari dalam diri pribadi itu akan mampu menyinari sekelilingnya, mampu
menjadi pendorong terciptanya perubahan bagi orang lain dan lingkungannya.
Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa pribadi-pribadi yang
ber-akhlakul karimah ibaratkan virus yang menyebarkan dan menaburkan
nilai-nilai kebaikan disekelilingnya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Ali-imran ayat 114
Artinya : “mereka beriman kepada Allah dan hari
akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar
dan bersegeralah mengerjakan berbagai kabaikan, mereka termasuk orang-orang
shaleh”
Berikut
sepenggal kisah keagungan dan ketinggian akhlak Rasulullah yang sangat berharga
untuk kita renungkan. Betapa konsistensi beliau terhadap nilai-nilai kemuliaan
akhlak bahkan sampai menjelang beliau wafat sekalipun.
Saat
itu menjelang wafat, beliau mengumpulkan para sahabat, lalu beliau menyampaikan
fatwa singkat .
“wahai
kaum muslimin, sesungguhnya aku adalah Nabimu. pemberi nasehat dan yang
mengajak kepada Allah dengan seizin-Nya. Bagimu, aku tidak berdaya seperti
saudara seayah dan seibu. Siapa diantara kamu yang pernah kusakiti, bangkitlah
dan balaslah aku sebelum datang pembalasan di hari kiamat nanti .”
Awalnya,
tidak ada tanggapan dari para sahabat, hingga ketiga kalinya nabi Muhammad
mengulang perkataannya “ayo, siapa yang pernah kusakiti bangkitlah, balaslah
aku….ambil qisasnyapada diriku”
Pada
saat itulah Ukasyah, salah seorang sahabat nabi yang hadir pada saat itu,
bangkit dan berkata “wahai... Rasulullah demi ayah dan ibuku yang menjadi
tebusannya. Jika engaku tidak menyerukan hal itu hingga tiga kali, tentu tidak
ada seorang pun yang mendorong aku untuk menghadapmu”
“apa
keinginanmu ya..Ukasyah?” Tanya nabi
“begini
ya baginda, pada saat perang Badar, tiba-tiba saja unta yang ku tunggangi lepas
kendali dan mendahului unta baginda, sehingga aku keluar barisan, aku turun
mendekat pada baginda, saat itu tiba-tiba baginda mengayunkan cambuk ketubuhku.
Aku tidak tahu, apakah baginda sengaja memukulku atau memukul unta”
Rasulullah
pun segera mengambil tindakan tegas, balasan ahrus ditunaikan. Beliau meminta
Bilal untuk mengambil cambul ke rumah Fatimah, dengan tergopoh-gopoh Bilal
kembali ke majelis dengan membawa cambuk, lalu diserahkan kepada Ukasyah.
Ukasyah pun siap menuanikan qisas. Abu bakar r.a dan Umar r.a, dua sahabat
setia Rasulullah mengahadangnya, “hai Ukasyah, sekarang kami dihadapanmu,
ambillah qisasmu dari kami, sedikitpun kami tidak rela jika kamu mengambil
qisas dari Rasul.” Tatapi Rasulullah menenangkan mereka dan meminta mereka
untuk kembali duduk.
Tidak
hanya Abu bakar dan Umar, sahabat yang lain yakninya Ali beserta Hasan dan
Husein juga maju dan meminta hal yang sama kepada Ukasyah. Namun, Rasulullah
kembali menenangkan mereka. Nabi kembali meminta Ukasyah untuk segera
melaksanakan qisas “Ukasyah cambuklah aku, lakukan jika aku benar-benar
melakukan kesalahan padamu.”
“ya
Rasul, ketika engkau memukulku, saat itu aku tidak memakai baju.” Jelas Ukasyah
Rasulullah pun menurutinya, dibukanya baju beliau. Begitu melihat rasul
mengenakan bajunya, para sahabat menangis bercucuran air mata. Ukasyah sendiri
bergetar hatinya meremang bulu kuduknyadan larut dalam keangungan serta
kebesaran jiwa nabi dihadapannya. Saat itulah dia melakukan keanehan, tidak melakukan
qisas tapi justru menumbruk tubuh Rasul dan merebahkan dirinya bersimpuh
dihadapan rasul sambil berteteskan air mata yang terus mengalir dipipinya.
“subhanaakaallahumma
wabihamdika, asyhadu al-laa ilaahailla anta , astaghfiruka waatuubu ialaik”
“maha
suci engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain
engkau, saya memohon ampun dan bertobat kepada-Mu”
(Kisah
ini dikutip dari
http;//baitulamin.org/flights/akhlak/231-akhlak-manifestasi-ubudiyah-.html)
Akhlakul
kariamah adalah salah satu senjata ampuh Rasulullah dalam menyiarkan agama
Islam. Dengan akhlak Rasul yang sangat mulia mampu meluluhkan hati sekeras
baja. Melapukkkan segala kemungkaran dan kefasikan di muka Bumi. Itulah yang
dimaksud dengan akhlakul karimah mampu mengilhami orang lain. Ibaratkan sebuah
cahaya yang memberikan sinar terang disekelilingnya.
Ketinggian
dan kesempurnaan akhlakul karimah nabi Muhammad SAW sangatlah memukau, agung
dan mampu mempesona tidak saja umat Islam bahkan kaum non Islam sekalipun.
Seorang pemikir barat George Bernard Shaw mengatakan”…saya telah mempelajari
kehidupan nabi Muhammmad yang betul-betul mengagumkan…saya yakin sekali orang
seperti dia jika diserahi memimpin dunia modern, tentu berhasil menyelesaikan
segala persoalan dengan cara yang dapat membawa Dunia kedalam kesejahteraan dan
kebahagiaan. Saya berani meramalkan bahawa akidah yang dibawa Muhammmad akan
diterima abaik di Eropa kemudian hari.”
Posisi
akhlak dalam Islam adalah dapat di ibaratkan sebagai fondasi yang melandas
sebuah konstruksi bangunan yang bernama “kesuksesan Dunia Akhirat.” Orang yang
memiliki akhlakul karimah secara normatif mampu menjadi pusat referensi bagi
orang lain yang ada disekelilingnya sehingga mampu bertahan dari segala
perubahan yang terjadi dari masa ke masa. Prinsip universal yang dimiliki oleh
seorang yang ber-akhlakul karimah mampu menunjukkan kesanggupan di satu sisi
mampertahankan semangat keislaman dan di sisi lain menyesuaikan aspek
teknisnya dengan perkembangan zaman. Paradigma orang yang ber-akhlakul karimah
jauh lebih baik dari pada orang yang berpendidikan tinggi. karena fundamental
dari sebuah pendidikan adalah akhlakul karimah. Jika orang yang berpendidikan
menjadikan akhlakul karimah sebagai fundamental dalam mengembangkan ilmunya,
maka dia adalah sosok agent of change
yang selama ini ditunggu-tunggu untuk memberikan cahaya terang di dunia
pendidikan yang berlandaskan akhlakul karimah di Indonesia.
BAB
III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Berbicara
akhlak memang sangat sulit, karena akhlak dipandang sebagai suatu implementasi
nilai-nilai Al-Qur’an. Zakiah Darajat berpendapat jika kita ambil ajaran agama,
maka akhlak adalah sanagt penting, bahkan yang tepenting, dimana kejujuran,
kebenaran, keadilan, dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang terpenting
dalam agama. Bagaimana kita menyikapi akhlak kaum muda kita sekarang ini, itu
tergantung siapa yang memandang dan dari sisi mana dia memandang.
Yang dapat kita lakukan
dalam rangka meningkatkan kualitas akhlak adalah pendidikan pembentukan akhlak
yang baik harus dilakukan dengan kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari
semua aspek kehidupan serta mampu menggunakan seluruh kesempatan, berbagai
sarana termasuk teknologi modern. Disamping itu kita sebagai calon-calon tenaga
pendidik, harus mampu mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran. Jadi
tidak hanya transfer pengetahuan (transfer of knowledge), ketrampilan dan
pengalaman yang ditujukan untuk mencerdaskan akal dan memberikan ketrampilan
tetapi juga mampu membentuk kepribadian dan pola hidup berdasarkan nilai-nilai
yang luhur.
3.2 Saran
Sebagai
akhir dari makalah ini, maka kita semua barharap bahwa nantinya semua orang
akan mempunyai akhlak yang mulia sehingga tercapai kehidupan yang layak, baik
di dunia dan di akhirat. Dan ingatlah pesan dari Lukmanul Hakim yang telah
tertulis dalam Al-Qur’an sebagai perwujudan akhlak yang mulia.
DAFTAR PUSTAKA
http://masbadar.com/2008/06/25/karakteristik-akhlaqul-karimah/
0 komentar:
Posting Komentar