Rabu, 20 April 2016

akhlakul karimah pada zaman nabi



Ada sebuah  kisah yang menarik mengenai akhlakul karimah semasa nabi Muhammad SAW yang dapat kita jadikan sebagai kisah teladan  dalam kehidupan sehari-hari.
 Seorang sahabat nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Umar yang terkenal dengan kealiman dan kezuhudannya bertemu dengan seorang pengembala kambing yang masih bocah ditengah padang pasir yang tandus, muncul keingintahuannya untuk mengetahui apakah ajaran agama islam  yang tertata rapi dengan akhlakul karimah mampu menembus batas hingga sampai ketengah padang pasir yang tandus dan terpencil itu?
Dengan bermulakan salam, Abdullah bin Umar membuka pembicaraannya dengan seorang pengembala kambing yang masih bocah. “Hai pengembala, aku ingin membeli seekor Kambing yang engkau gembala ini karena bekalku telah habis.” Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat pengembala itu menjawab “maaf Tuan, aku hanyalah seorang budak yang  ditugaskan oleh majikanku untuk mengembala Kambing-kambing ini. Aku tidak bisa menjualnya, karena Kambing-kambing ini bukanlah milikku tapi milik majikanku.”
“Ah… itu masalah gampang. begini saja, kau jual seekor saja Kambingmu kepadaku. Kambing yang kau gembala ini kan sangat banyak, tentu akan sulit bagi tuanmu untuk menghitungnnya, atau jika dia mengetahui ada seekor kambing yang hilang, bilang saja telah dimakan Serigala padang pasir. Mudah sekali, bukan? Kau pun bisa menikmati uangnya” Abdullah bin Umar mencoba untuk membujuk budak itu.
Dengan penuh keyakinan serta kemantapan hati dan iman, pengembala itu menjawab “lalu dimana Allah SWT? Majikanku memang tidak akan tahu dan bahkan aku bisa dengan mudah  membohonginnya. Tapi ada dzat yang maha besar dan maha mengetahui, Ia pasti akan melihat apa yang telah aku lakukan. Apakah kau kira Allah SWT itu tidak ada ?
Mendengar jawaban dari pengembala itu, Abdullah bin Umar terkejut. Memang itu adalah suatu jawaban yang tak pernah terduga oleh Abdullah bin Umar. “aku tidak diberi kuasa oleh majikanku untuk menjual kambing ini. Aku hanya diperintahkan untuk mengembalainya dan meminum air susunya  jika aku membutuhkan dan aku diberi kuasa untuk memberi air susu ini untuk para musafir yang sedang kehausan.”
“Minumlah Tuan, kulihat anda kehausan, jika air susu ini masih kurang anda bisa menambahnya, jangan kuatir, susu ini halal. Allah SWT tahu bahwa susu ini halal sebab pemiliknya memerintahkanku memberinya pada para musafir yang kehausan” tutur pengembala itu dengan wajah yang ramah.
Abdullah bin Umar pun meminum susu itu dengan perasaan teharu. Ia pun membasahi tenggorokannya hingga rasa hausnya hilang. Setelah berterima kasih dan mengucapkan salam, Abdullah bin Umar memohonkan diri untuk berpamitan melanjutkan perjalanannya.Diperjalanan, Abdullah bin Umar tidak bisa menyembunyikan air matanya “Dimana Allah SWT ? apakah kau kira Allah SWT  itu tidak ada?” kata-kata itu selalu tergiang-giang ditelinganya. Dia menangis mengingat seorang bocah pengembala kambing di tengah Padang Pasir yang berpakaian sangat kumal, ternyata memiliki ketaqwaan yang begitu dalam. Dia memiliki kejujuran yang tinggi. Hatinya bersinarkan iman dan Islam. Akhlaknya begitu sungguh mulia, sungguh ajaran Rasulullah SAW telah terpatri dalam jiwanya.  Dengan cucuran air mata yang terus mengalir dipipinya, Abdulah bin Umar  melangkahkan kaki untuk melanjutkan perjalanannya. Sepatutnyalah seorang manusia yang berakhlakul karimah dan memiliki ketaqwaan  kepada Allah SWT yang begitu tinggi. Dan tidak sepantasnyalah dia menjadi hamba sahaya manusia. Namun, dia lebih pantas menjadi hamba Allah SWT. Singkat cerita, Abdullah bin Umar pun membeli budak itu dan memerdekakannya.
Sepintas kita membaca kisah tersebut, kita dapat mengambil hikmah bahwa akhlakul karimah begitu mulia dan mampu mengilhami orang lain. orang yang berakhlak mulia ibaratkan virus yang menyebarkan nilai-nilai kebaikan

0 komentar:

Posting Komentar

 

MENIKYUHU Template by Ipietoon Cute Blog Design